Kamis, 30 Juni 2016

Raden Edy Rahmat


Aku berusaha untuk merangkai kata demi kata
Meskipun sebenarnya ini menyakitkan tapi aku berharap
Setidaknya ini dapat meringankan sedikit beban yang selama ini ku tanggung.


Aku menulis ini, hanya untuk mencurahkan isi hatiku padamu, Ayah
Semoga Tuhan mengizinkanmu untuk melihat kata-kata yang tertuang disini
Saat ku bilang aku ingin melihatmu, ingin bertemu, memelukmu, bermain denganmu, bercerita padamu
Aku hanya bisa mengingat angka tahunnya saja
Tapi tak pernah ada memori bersamamu
Aku hanya sekedar tahu itu dalam bentuk cerita
Tapi aku tak pernah tahu rasa dalam hatiku itu bagaimana
Karena aku tak memiliki ruang dan waktu di masa lalu bersamamu
Aku ingin membuat cerita indah tentangmu, tentang ibu dan tentang keluarga kecil kita
Tapi khayalku tak sampai dan akupun telah kehabisan kata-kata
Aku...
Hanya ingin bertemu denganmu, meski hanya dalam mimpi.

Tidak lama lagi usiaku menginjak 22 tahun, tapi rasanya itu tidak berarti apa-apa. Batinku terkadang bertanya lirih. Dua puluh empat di bulan September, satu tanggal di setiap tahun tapi tidak ada yang istimewa bagiku. Tak pernah ada lilin-lilin mungil, ucapan ulang tahun dalam ingatanku. Ribuan malam telah mengisi usiaku selama ini tapi tak pernah sekalipun mempertemukanku pada Ayah. Bahkan mimpi pun tak mengizinkan aku bertemu dengan Ayah.
Aku sering tiba-tiba dilanda rasa ingin bertemu dengan Ayah. “Seperti apa wajahya?” "Apakah dia tampan?" itu adalah pertayaan yang paling sering muncul dalam benakku.
Terkadang aku ingin bertanya ke mereka, “Seperti apa sosok Ayahku?”, “Apakah dia baik atau sebaliknya?”, “Bagaimana Ayah bisa bertemu dengan Ibu?”, “Keluarga ayahku itu dimana, kenapa aku tidak pernah tahu tentang mereka?”.
Segudang tanya yang masih tak pernah terjawab hingga sekarang. Entahlah kapan semua pertanyaan ku itu akan terjawab dan aku masih tetap bersabar menantikan jawabannya.
Tidak ada yang dapat menggantikan sosok Ayah dan Ibu. Apapun alasannya, bagaimana pun keyataannya, baik atau pun buruk aku tetaplah anak dari Ayah dan Ibu. 
Aku juga tidak berharap banyak karena selama hampir 22 tahun ini yang aku tahu itu Ayah sudah meninggal tapi ada beberapa dari mereka yang mengatakan kalau Ayah masih hidup. Seandainya saja Ayah memang masih hidup aku sangat bersyukur dan Ayah juga perlu tahu kalau Ibu telah meninggal di umurku 1 tahun 4 bulan dan juga nenek yang telah membesarkanku selama ini juga meninggal pada tahun 2014, sekarang aku tinggal bersama tante Adik dari Ibu. Sebaliknya, jika memang Ayah telah meninggal aku ikhlas melepas kepergian Ayah.